Double Stack Icecream Mint

Filsafat

Filsafat

Sabtu, 20 September 2014

Filsafat Psikologi KBK 4B

Konfirmasi, Inferensi dan Konstruksi Teori

KONFIRMASI
1. Definisi
Konfirmasi adalah kegiatan mencari hubungan yang normatif antara hipotesis (kesimpulan sementara) yang sudah diambil dengan fakta yang ada.
Secara etimologis, konfirmasi diambil dari bahasa Inggris yaitu confirmation yang artinya penegasan dan memperkuat.


2. Aspek konfirmasi terdiri dari 2 aspek yaitu:
☑️  Konfirmasi kualitatif
Konfirmasi ini mengedepankan kebenaran dengan menyertakan data berupa angka, jumlah atau perhitungan.
☑️  Konfirmasi kuantitatif
Yaiu konfirmasi yang berfokus pada mngumpulkan sampel yang banyak dan membuat kesimpulan yang bersifat umum.


3. Beberapa jenis konfirmasi adalah
A. Decision theory
Yaitu kepastian berdasarkan keputusan "apakah hubungan antara hipotesis dengan fakta punya manfaat aktual?"
B. Estimation theory
Menetapkan kepastian dengan memberi pelhang benar-salah melalui konsep probabilitas.
C. Reliability theory
Menetapkan kepastian dengan mencermati stabilitas, fakta atau evidensi yang berubah-ubah.



INFERENSI
1. Definisi
Inferensi adalah proses membuat kesimpulan atau penarikan konklusi dari satu atau lebih proposisi (keputusan), dapat memungkiri atau berupa pengakuan.


2. Hukum inferensi
-Jika kedua premis benar, maka kesimpulan harus benar
-Jika kedua premis salah, maka kesimpulan dapat kebetulan benar atau kebetulan salah
-Jika kesimpulan salah, maka premis salah
-Jika kesimpulan benar, maka premis dapat benar atau salah



KONSTRUKSI TEORI
1. Definisi
Konstruksi teori adalah pembuatan kerangka yang menjelaskan fenomena alami atau sosial tertentu.

2. Perkembangan teori
A. Model korespondensi
Yaitu kebenaran sesuatu yang dibuktikan dengan menemukan relasinya dengan yang lain.
B. Model koherensi
Yaitu sesuatu yang dipandang benar apabila sesuai dengan moral tertentu.
C. Model paradigmatis
Yaitu sesuatu yang sesuai dengan kegunaannya


3. Aliran
Beberapa aliran pada konstruksi teori adalah
-reduksionisme
Paham ini berpendapat bahwa hubungan suatu teori dengan teori lain adalah abstrak.
-instrumentalisme
Paham ini berpendapat bahwa teori satu menginstrumenkan atau membentuk teori lain.
-realisme.
Berpendapat bahwa teori selalu berhubungan dengan kenyataan,


Contoh penerapannya dalam mengidentifikasi jurnal karya Irene Gunawan, Miniawaty Halim dan Ninawati Lihardja
Judul Jurnal: “Subjective well-being wanita dewasa madya survivor kanker payudara”
 1. KONSTRUKSI TEORI
Konstruksi teori dalam jurnal tersebut adalah Subjective well-being dan survivor.Subjective well-being adalah paradigma dan penilaian diri sendiri terhadap kepuasan hidupnya sebagai suatu perkembangan yang akan berdampak kepada kesuksesan di masa tua, mencakup suatu hal yang terjadi di masa lampau dan berkaitan dengan emosi yang menyenangkan, dan sedikitnya mood negatif dalam aktifitas sehari-hari.
Secara korespondensi (kesesuaian dengan hal lain), subjective well-being adalah pemahaman seseorang  yang memiliki relasi dengan sikap kepuasan akan segala sesuatu yang terjadi dengan hidupnya.
Secara koherensi (hubungan dengan moral tertenu), subjective well-being adalah moral agama, dimana menyangkut segala sudut kerohaniannya untuk dapat mensyukuri hidupnya.
Secara paradigmatis (berhubungan dengan fungsinya), subjective well-being adalah konsep yang berfungsi sebagai tolak ukur yang memprediksikan kebahagiaan dan kepuasan hidup.
Beberapa konstruksi teori subjective well-being menurut para ahli:
-Whitbourne, 2005
Subjective well-being adalah variabel dalam psikologi mengenai perkembangan orang dewasa dan penuaan yang paling banyak berhubungan dengan dugaan dari masa tua yang berhasil (successful aging).
-Diener dan Kolega (Gallagher, 2009)
Subjective well-being sebagai suatu pengalaman berulang terhadap emosi dan mood menyenangkan, pengalaman emosi dan mood negatif yang jarang, dan tingkat self-reported life satisfication yang tinggi.
-Prilleltensky & Prilleltensky, 2006
Subjective well-being adalah pemikiran orang-orang yang cenderung mengalami hidup sebagai sesuatu yang memuaskan, menyenangkan dan bermanfaat.
Survivor adalah kemampuan sesorang (di jurnal ini ditekankan pada para pengidap kanker) untuk dapat bertahan dalam kondisi sulit (dalam jurnal ini yang di maksud adalah untuk melawan penyakit kanker walaupun masih ada kemungkinan untuk terjangkit kanker di bagian tubuh lain), dengan cara mau menerima kenyataan dan berjuang untuk mempertahankan hidupnya.
Secara korespondensi (kesesuaian dengan hal lain), survivor adalah cara seseorang bertahan hidup yang berkaitan dengan motivasi dalam diri seseorang.
Secara koherensi (hubungan dengan moral tertenu), survivor adalah kegiatan yang erat kaitannnya dengan  nilai ekonomis, untuk mengefisienkan tujuan, yang tak lain berhubungan dengan fungsi bertahan hidup.
Secara paradigmatis (berhubungan dengan fungsinya), survivor adalah cara seseorang menerima kenyataan dengan mengerahkan setiap fungsinya.
Beberapa konstruksi teori survivor menurut para ahli:
-Magill, 1996
Survive adalah cara penderita kanker untuk dapat bertahan hidup dengan diagnosis yang lebih awal dan pengobatan yang sudah meningkat pesat, meskipun mitos kuno menyamakan kanker dengan kematian yang sulit sekali dihalau.


2. KONFIRMASI
Metode yang digunakan pada jurnal ini adalah metode kualitatif dengan cara wawancara mendalam.
A. Decision theory→ Jurnal berjudul “subjective well-being wanita dewasa madya survivor kanker payudara “ memiliki hubungan normatif  yang erat kaitannya antara hipotesis yang di buat dengan kenyataan.
B. Estimation theory↓
Dimana pada hipotesisnya dikemukakan bahwa dalam penelitian ini, suvivor dapat memiliki sikap subjective well-being yang matang apabila sudah lama survive untuk kankernya dan memiliki kondisi kesehatan yang baik, dalam waktu bersamaan.
Pada faktanya, dinyatakan bahwa lamanya survivor mampu bertahan dan kondisi kesehatan terakhir secara bersama-sama dapat menentukan apakah individu tersebut sudah memiliki subjective well-being yang baik atau belum.
Sehingga jelas, Ella (sampel pertama) memiliki subjective well-being yang baik karena memiliki kondisi tubuh ya ng baik dan telah bertahan untuk dapat survive selama 16 tahun. Dibandingkan dengan Clara dan Debby yang belum memiliki subjective well-being yang baik karena kondisi kesehatan yang kurang baik dan baru survive selama 16 tahun.
C. Reliability theory↓
Semakin lama orang tersebut survive atas sikap kanker dan didukung oleh kondisi kesehatan yang baik maka semakin matang pulalah sikap subjective well-being orang tersebut, seperti yang ddapat dari sampel yang telah di wawancarai.
Hal tersebut serupa dengan fakta-fakta yang di kemukakan oleh para ahli pada ekperimen sebelumnya.


3. INFERENSI
Dipandang dari inferensi induksi, kesimpulan dapat diambil dari sampel-sampel yang ada.
Dimana satu sampel bernama Ella yang telah bertahan melawan kanker selama 23 tahun, memiliki subjective well-being yang lebih baik di bandingkan dengan keempat partisipan lainnya, hal tersebut dapat terjadi karena didorong juga dengan kondisi kesehatan terakhir yang baik. Pada dua sampel lainnya (Clara dan Debby), mereka telah bertahan melawan kanker selama 16 tahun dengan kondisi kesehatan yang kurang begitu baik dengan kondisi well-being yang buruk. Pada kasus sampel terakhir (Aline dan Bertha), mereka telah bertahan melawan kaker selama 6 tahun dan memiliki  kondisi kesehatan yang cukup baik dibanding Clara dan Debby, sehingga kondisi subjective well-beingnya pun jauh lebih baik.
Jadi kesimpulannya, faktor pendorong sikap subjektive well-being seseorang bukan hanya di dorong dari segi kesehatan terakhirnya saja, melainkan pula harus didukung dengan lamanya mereka bertahan.

Premis 1: Semua yang memiliki cukup waktu yang lama dalam bertahan mengahadapi kanker akan memiliki subjektive will-being yang baik.
Premis 2: Semua yang memiliki kondisi kesehatan terakhir yang baik memiliki subjective well-being yang baik.
Kesimpulan: Semua yang memiliki subjektive well-being yang baik pasti memiliki cukup waktu yang banyak dan kondisi terakhir kesehatan yang baik.






Sumber:

Semua yang saya posting (materi di atas) adalah hasil dari pembelajaran (materi power point) yang merupakan pengajaran Bapak Mikha Agus Widianto, M.P beserta dosen tetap Universitas Tarumanagara lainnya.

5 komentar: